Makalah Geologi

BAB I
PENDAHULUAN

        A.    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang banyak memiliki aktivitas vulkanisme dan memiliki banyak gunung api dengan berbagai tipe, baik yang aktif maupun yang tidak aktif, di darat atau di laut. Gunung api di Indonesia terbentang dari barat ke timur dari Sumatera, Jawa sampai Laut Banda. Semua gunung itu berada dalam satu rangkaian Busur Sunda. Selain itu, gunung api terdapat di Sulawesi utara, Halmahera dan lainnya. Karena satu rangkaian, mekanisme masing-masing gunung pun kurang lebih sama atau karakternya kurang lebih sama juga. Mekanismenya terjadi di bawah laut. Tepatnya di lapisan lithosfer bumi, tempat terjadinya subdaksi atau penunjaman akibat pergeseran lempeng India-Australia, yakni tempat Indonesia dan gunung itu berada.

Di satu sisi gunung memberikan panorama keindahan bagi yang melihatnya, selain itu udara   sejuk telah memberikan kenyamanan bagi yang tinggal di sekitar gunung tersebut. Namun di sisi lain ketika terjadi vulkanisme sehingga menimbulkan bencana bagi daerah sekitarnya karena banyak mengeluarkan material berbahaya, bahkan jika letusannya dahsyat akan banyak menelan korban jiwa, selain itu banyak orang kehilangan harta benda yang dimilikinya akibat letusan gunung api tersebut. Maka perlu adanya upaya untuk meminimalkan dampak dari bencana tersebut agar bencana itu tidak terlalu banyak menelan korban.

       B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan    latar  belakang  di  atas  maka  penulis  merumuskan     sejumlah  masalah diantaranya:

1.      Apa definisi dari vulkanisme?
2.      Apa yang dimaksud dengan instrusi dan ekstrusi magma?
3.      Apa sajakah tipe-tipe gunung api?
4.      Apasaja materi yang dikeluarkan gunung api?
5.      Apa yang dimaksud dengan erupsi gunung api?
6.      Apa saja dampak yang di timbulkan dari peristiwa vulkanisme terhadap kehidupan dan lingkungan?
7.      Bagaimana upaya yang dilakukan dalam meminimalisir dampak dari bencana gunung api?

 C.    Tujuan Makalah

1.      Mengetahui definisi vulkanisme.
2.      Mengetahui tentang instrusi dan ekstrusi magma.
3.      Mengetahui tipe-tipe gunung api.
4.      Mengetahui materi yang dikeluarkan gunung api.
5.      Mengetahui tentang erupsi gunung api.
6.      Mengertahui dampak gunung api terhadap kehidupan dan lingkungan.
7.      Mengetahui upaya meminimalisir dampak bencana gunung api.



                       


BAB II
PEMBAHASAN

         A.    Definisi Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.Magma yang keluar sampai ke permukaan bumi disebut lava.Magma dapat bergerak naik karena memiliki suhu yang tinggi dan mengandung gas-gas yang memiliki cukup energi untuk mendorong batuan di atasnya.

Di dalam litosfer magma menempati suatu kantong yang disebut dapur magma. Kedalaman dapur magma merupakan penyebab perbedaan kekuatan letusan gunung api yang terjadi. Pada umumnya, semakin dalam dapur magma dari permukaan bumi, maka semakin kuat letusan yang ditimbulkannya. Lamanya aktivitas gunung api yang bersumber dari magma ditentukan oleh besar atau kecilnya volume dapur magma. Dapur magma inilah yang merupakan sumber utama aktivitas vulkanik.
      B.     Instrusi Magma dan Ekstrusi Magma
             1.      Intrusi Magma
d

                       Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak                  mencapai permukaan Bumi. Intrusi magma dapat dibedakan atas sebagai berikut:
Intrusi datar (sill atau lempeng intrusi), yaitu magma menyusup di antara dua lapisan  batuan, mendatar, dan paralel dengan lapisan batuan tersebut.

·                     Lakolit, yaitu magma yang menerobos di antara lapisan Bumi paling atas. Bentuknya seperti lensa cembung atau kue serabi.
·                     Gang (korok), yaitu batuan hasil intrusi magma yang menyusup dan membeku di sela-sela lipatan (korok).
·                     Diatermis, yaitu lubang (pipa) di antara dapur magma dan kepundan gunung berapi. Bentuknya seperti silinder memanjang.

Secara rinci, adanya intrusi magma (atau disebut plutonisme) menghasilkan bermacam-macam bentuk, yaitu:

           2.      Ekstrusi Magma
          Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api. Hal ini terjadi apabila tekanan gas cukup kuat dan ada retakan pada kulit Bumi sehingga menghasilkan letusan yang sangat dahsyat. Ekstrusi magma inilah yang menyebabkan terjadinya gunung api. Ekstrusi magma tidak hanya terjadi di daratan tetapi juga bisa terjadi di lautan.Oleh karena itu gunung berapi bisa terjadi di dasar lautan. Secara umum ekstrusi magma dibagi dalam tiga macam, yaitu:

a.       Ekstrusi linear




terjadi jika magma keluar lewat celah-celah retakan atau patahan memanjang sehingga membentuk deretan gunung berapi. Misalnya Gunung Api Laki di Islandia, dan deretan gunung  api di Jawa Tengah dan Jawa Timur.

b.      Ekstrusi areal



terjadi apabila letak magma dekat dengan permukaan bumi, sehingga magma keluar meleleh di beberapa tempat pada suatu areal tertentu. Misalnya Yellow Stone National Park di Amerika Serikat yang luasnya mencapai 10.000 km2.

c.        Ekstrusi sentral




terjadi magma keluar melalui sebuah lubang (saluran magma) dan membentuk gunung-gunung yang terpisah. Misalnya Gunung Krakatau, Gunung Vesucius, dan lain-lain.
           C.    Tipe-tipe Gunung Api
1.       Berdasarkan Bentuknya
a.       Gunung Api Perisai

Berbentuk kerucut dengan lereng landai dan aliran lava panas dari saluran tengah.Daerah persebaran magma luas serta proses pendinginan dan pembekuannya pelan. Frekuensi letusan umumnya sedang dan pelan dengan jumlah cairan lava cair yang banyak.
b.                   Gunung Api Kubah

Gunung ini berbentuk kerucut cembung (konvek) dengan lereng curam.Aliran lava yang kental dari saluran pusat mengakibatkan aliran lava lambat dan membentuk lapisan yang tebal. Proses pendinginan dan pembekuan lava cepat. Banyak lava yang membeku di saluran, akibatnya saluran menjadi tertutup.Letusan yang sangat keras dapat terjadi akibat tekanan dari dalam Bumi yang tersumbat. Seluruh bagian puncak gunung api pun dapat hancur dan lenyap seketika.
c.                   Gunung Api Strato

Gunung ini mempunyai bentuk kerucut berlereng curam dan luas yang terdiri atas banyak lapisan lava yang terbentuk dari aliran lava yang berulang-ulang.Lava dapat mengalir melalui sisi kerucut.Sifat letusan keras.
d.                  Gunung Api Lava Pijar dan Abu
Bentuk kerucut simetris dengan lereng cekung (konkaf) yang landai. Bahan atau emisi berupa asap, debu lembut, dan bau sulfur menyengat. Sifat letusan sedang. Contoh : Gunung Paracutin di Mexico.
Gunung Paracutin di Mexico

2.                   Berdasarkan Letusannya
a.                   Tipe Hawaii
 
Tipe Hawaii
Tipe gunung api ini dicirikan dengan lavanya yang cair dan tipis, dan dalam perkembangannya akan membentuk tipe gunung api perisai. Tipe ini banyak ditemukan pada gunung api perisai di Hawaii seperti di Kilauea dan Maunaloa. Contoh letusan tipe Hawai di Indonesia adalah pembentukan plato lava di kawasan Dieng, Jawa Tengah.
b.                   Tipe Stromboli
Tipe Stromboli

Tipe ini sangat khas untuk gunung Stromboli dan beberapa gunung api lainnya yang sedang meningkat kegiatannya. Magmanya sangat cair, ke arah permukaan sering dijumpai letusan pendek yang disertai ledakan.Bahan yang dikeluarkan berupa abu, bom, lapilli dan setengah padatan bongkah lava.Contoh letusan tipe Stromboli di Indonesia adalah Gunung Raung di Jawa.
c.                   Tipe Vulkano
Tipe Vulkano

Tipe ini mempunyai ciri khas yaitu pembentukan awan debu berbentuk bunga kol, karena gas yang ditembakkan ke atas meluas hingga jauh di atas kawah.Tipe ini mempunyai tekanan gas sedang dan lavanya kurang begitu cair.Di samping mengeluarkan awan debu, tipe ini juga menghasilkan lava.Berdasarkan kekuatan letusannya tipe ini dibedakan menjadi tipe vulkano kuat (Gunung Vesuvius dan Gunung Etna) dan tipe Vulkano lemah (Gunung Bromo dan Gunung Raung).Peralihan antara kedua tipe ini juga dijumpai di Indonesia misalnya Gunung Kelud dan Anak Gunung Bromo.
d.                  Tipe Merapi
Tipe Merapi

Dicirikan dengan lavanya yang cair-kental.Dapur magmanya relatif dangkal dan tekanan gas yang agak rendah.Contoh letusan tipe Merapi di Indonesia adalah Gunung Merapi di Jawa Tengah dengan awan pijarnya yang tertimbun di lerengnya menyebabkan aliran lahar dingin setiap tahun. Contoh yang lain adalah Gunung Galunggung di Jawa Barat.
e.                   Tipe Perret
Tipe Merapi

Letusan gunung api tipe perret adalah mengeluarkan lava cair dengan tekanan gas yang tinggi. Kadang-kadang lubang kepundan tersumbat, yang menyebabkan terkumpulnya gas dan uap di dalam tubuh bumi, akibatnya sering timbul getaran sebelum terjadinya letusan.Setelah meletus material-material seperti abu, lapili, dan bom terlempar dengan dahsyat ke angkasa. Contoh letusan gunung api tipe perret di Indonesia adalah Gunung Krakatau yang meletus sangat dahsyat pada tahun 1873, sehingga gunung Krakatau (tua) itu sendiri lenyap dari permukaan laut, dan mengeluarkan semburan abu vulkanik setinggi 5 km.
f.                     Letusan Tipe Pelee
Tipe Pelee

Letusan tipe ini biasa terjadi jika terdapat penyumbatan kawah di puncak gunung api yang bentuknya seperti jarum, sehingga menyebabkan tekanan gas menjadi bertambah besar. Apabila penyumbatan kawah tidak kuat, gunung tersebut meletus.
g.                   Letusan Tipe Sint Vincent
Sint Vincent

Letusan tipe ini menyebabkan air danau kawah akan tumpah bersama lava. Letusan ini mengakibatkan daerah di sekitar gunung tersebut akan diterjang lahar panas yang sangat berbahaya. Contoh: Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1919 dan Gunung Sint Vincent yang meletus pada tahun 1902.

        D.    Materi yang Dikeluarkan Gunung Api
Materi atau bahan-bahan yang dikeluarkan pada peristiwa gunung berapi terdiri dari :
1.      Benda Padat
Benda padat berupa bahan lepas (Eflata) yang dikeluarkan pada saat gunung meletus terdiri dari dua jenis, yaitu :
a.      Eflata Alogen yaitu bahan padat yang berasal dari kulit bumi di sekitar kawah yang terhempas ketika terjadi erupsi.
b.      Eflata Autogen yaitu bahan padat yang berasal dari magma yang terhempas keluar. Eflata Autogen disebut juga Pyroclastic.
Yang termasuk Eflata Autogen adalah :
-          Bom Vulkanik, yaitu bahan padat dalam bentuk bongkah besar.
-          Lapilli, yaitu bahan padat dengan ukuran lebih kecil dari bom (diameternya 2,5 mm – 63,5 mm)
-          Pasir dan abu vulkanik
2.      Benda Cair
Benda cair (magma) yang mencapai permukaan bumi pada saat peristiwa vulkanisme disebut lava. Lava bergerak meluncur menuruni lereng dan akan membeku karena kontak dengan atmosfer dan hidrosfer.
Berdasarkan penelitian para geolog, temperatur lava di Gunung Kilauea (Hawai) sekitar 12000C dan di Gunung Vesuvius (Italia) sekitar 11200C.
  Bentuk permukaan lava sangat tergantung pada jenis lavanya. Lava basalt umumnya membentuk permukaan kasar dengan fragmen-fragmen, lava ini biasa disebut Aa lava. Dan aliran lava basalt yang mempunyai permukaan bergelombang, halus, dan gelasan disebut Pahoehoe lava. Lava andesit membentuk permukaan berbongkah-bongkah dan disebut lava bongkah. Lava yang berbentuk tali disebut lava tali (ropy lava). Biasanya lava akan membeku dibagian luarnya terlebih dahulu, sedangkan di bagian dalamnya masih tetap panas bahkan mungkin masih mengalir. Pada lava yang sudah membeku sering terdapat vesicles (lubang-lubang) dengan berbagai bentuk dan berbagai ukuran, terutama di permukaan. Lubang-lubang itu dibentuk ketika gas-gas dalam lava menguap pada saat pembekuan lava.
Di Indonesia ada yang disebut lahar yang terdiri dari lahar panas dan lahar dingin. Lahar panas adalah endapan bahan lepas (pasir, kerikil dll) disekitar lubang kepundan gunung api bercampur dengan air panas dari dalam kawah, meluncur dan mengangkut batu-batu besar dan menimbun daerah luas. Lahar dingin adalah endapan bahan lepas disekita lubang kepundan gunung api bercampur dengan air hujan meluncur dan mengangkut batu-batu besar dan menimbun daerah luas.
3.      Benda Gas
Segala sesuatu yang berada dalam keadaan gas disebut ekshalasi. Gas merupakan motor penggerak erupsi gunung api. Gas-gas itu antara lain : Cl, HCl, CO2, H2SO3, H2S, CH4, H2, Dan N2.
Uap air yang berasal dari dalam bumi disebut air juvenil, dan yang berasal dari hujan disebut air vedos.
      E.     Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api adalah gejala penerobosan magma kepermukaan bumi.
1.      Erupsi Linier
Erupsi linier adalah keluarnya magma melalui celah-celah dan rekahan batuan sekitar.             Magma yang dikeluarkan umumnya bersifat basalt dan cair.
2.      Erupsi Sentral
Erupsi sentral adalah keluarnya magma dari saluran kepundan atau diatrema. Erupsi sentral dibagi menjadi tiga, yaitu :
-          Erupsi Epusif adalah erupsi leleran yang sebagian besar dalam bentuk lava. Dari erupsi ini akan terbentuk gunung api perisai.
-          Erupsi Eksplosif adalah erupsi yang sebagian besar menghasilkan bahan-bahan lepas.
-          Erupsi Composit adalah erupsi yang menghasilkan gunung api yang berlapis-lapis (strato) yang terdiri dari bahan lepas dan lava.
3.      Erupsi Freatik
Letusan uap air yang diakibatkan oleh sentuhan air dengan magma.
4.      Erupsi Magmatik
Erupsi gunung api dengan produk langsung dari magma.
5.      Erupsi Fraetomagmatik
Erupsi gunung api yang diakibatkan oleh freatik dan magmatik.

      F.     Dampak yang di Timbulkan dari Peristiwa Vulkanisme Terhadap Kehidupan dan         Lingkungan

1.    Dampak Positif Gunungapi Terhadap Kehidupan dan Lingkungan

        Sudah dijelaskan bahwa gunungapi membentuk suatu kerucut raksasa yang mempengaruhi keadaan cuaca dan iklim sekitarnya, sehingga membuat tanah akan menkjadi sangat subur karen batuan dan mineral yang membentuk komposisi tanah gunungapi sangat dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan selain itu air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup yang ada di permukaan bumi. Bila air meresap dan mengalir kedalam tanah bersentuhan dengan sumber panas dari magma maka akan terbentuklah suatu sumber mata air panas, sedangkan pada bagian tanah yang lebih rendah sebagai mata air biasa.

Dengan banyak mata air disekitar gunungapi dan lebatnya hutan dan tumbuh-tumbuhan lainnya akan membentuk suatu lingkungan yang sejuk dan bermanfaat bagi penduduk yang hidup disekitarnya membentuk perkebunan dan pesawahan, akan menambah indahnya pemandangan dan bertambah segarnya udara disekitarnya
Maka dengan keberadaan suatu gunungapi tiu akan menghasilkan hutan alam sehingga menghasilkan hasil hutan yang melimpah, serta dengan segala isinya berupa makhluk hidup sebagai sumber daya flora dan fauna, serta bahan galian yang membentuk gunungapi tersebut.
Selain itu, pemanfaatan sumberdaya gunungapi secara langsung maupun tidak langsung sudah dilakukan sebagian penduduk Indonesia diantaranya :
v  Pemanfaatan sumberdaya hutan industri dan perkebunan tanaman keras dan dapat meghasilkan bahan hasil bumi
v  Pemanfaatan bahan galian batuan dan mineral untuk bahan bangunan atau untuk industri
v  Pemanfaatan sumberdaya panas bumi untuk energi listrtik yang ramah lingkungan, keperluan rumah tangga dan industri pariwisata.

2.      Dampak Negatif Gunungapi Terhadap Kehidupan dan Lingkungan
Selain memberikan pengaruh positif, letusan gunungapi juga dapat memberikan dampak negatif bagi kehidupan dan lingkungan. Beribu orang banyak yang meninggal dan beberapa ternak mati serta beribu hektar kebun dan sawah ladang hancur akibat letusan gunungapi. Bencana dan bahaya letusan gunungapi berpengaruh secara langsung dan tidak langsung serta dapat merusak bagi kehidupan. Bahaya langsung adalah bahaya yang diakibatkan oleh material yang dikeluarkan secara langsung oleh gunungapi itu. Daerah rawan bencana yang akan terlanda oleh pengaruh langsung ini mencakup daerah sekitar puncak (dalam kawah) dan berkembang kedaerah lainnya disekitar kawah, dengan jangkauan yang dilanda dapat mencapai lebih dari 10 km.
Bila kawah berisi air akan membentuk danau kawah dan airnya ada yang netral dengan derajat keasamannya 7 atau bersifat asam dengan derajat keasamannya kurang dari 7 dan bercampur dengan air sungai, maka air sungai tidak dapat dipergunakan untuk keperluan irigasi, minuman ternak, terlebih lagi untuk diminum oleh manusia karena dapat merusak gigi, dimana gigi para penduduk berwarna hitam dan patah. Hal ini disebabkan karena mengkonsumsi air  yang mengandung fluor (F) sangat tinggi dan bila kekurangan yodium akan mengakibatkan penyakit gondok.
Sedangkan lontaran abu gunungapi pada saat letusan juga mangancam keselamatan penerbangan karena abu letusan itu mengganggu penglihatan pada pesawat. Sebaran letusan gunungapi ini akan sanagt luas dari beberapa meter sampai ratusan kilometer serta tidak mengenal bata-batas pemerintahan.

        G.    Upaya Untuk Meminimalisir Dampak dari Bencana Gunung Api
Untuk meminimalisir supaya tidak banyak korban akibat letusan gunungapi, maka perlu adanya upaya untuk penanggulangan bencana gunung api itu. Konsep penanganan bencana diantaranya :
1.        Pertama melakukan mitigasi yang bersifat struktural ; Membangun konstruksi yaitu dengan membuat saluran-saluran air dari puncak ke bawah, agar sewaktu gunung meletus bisa diminimalisir air yang ditumpahkannya.
2.        Kedua mitigasi yang bersifat nonstruktural yaitu dengan penataan ruang, dengan tidak menempatkan pemukiman pada daerah rawan bencana gunungapi

Dalam upaya penaggulangan bencana letusan gunungapi terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:
a.       Sebelum terjadi letusan perlu dilakukan / disediakan:
1.      Pemantauan dan pengamatan kegiatan pada semua gunungapi aktif
2.      Pembuatan dan penyediaan Peta kawan rawan bencana letusan gunungapi/peta zona resiko bahaya gunungapi
3.       Melakukan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunungapi
4.      Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi,geofisika dan geokimia di gunungapi
5.      Melakukan peningkatan sumberdaya manusia sehingga peningkatan sarana prasarana

b.      Saat terjadi letusan gunungapi
1.      membentuk tim gerak cepat
2.      meningkatkan pementauan dan pengamatan dengan didukung oleh penambahan peralatan peralatan yang lebih memadai
3.      meningkatkan pelaporan tingkat kegiatan menurut alur dan frekuensi pelaporan sesuai dengan kebutuhan
4.      memberikan rekomendasi kepada pemerintah setempat sesuai dengan prosedur
c.       Setelah terjadi letusan
1.       menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan
2.       mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya bahaya
3.       memberikan saran penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang
4.      memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak


BAB  III
PENUTUP
        A.    KESIMPULAN
Berdasarkan uraian bab sebelumnya kami dapat mengemukakan simpulan sebagai berikut.
1.      Definisi  Vulkanisme
Vulkanisme adalah semua peristiwa yang berhubungan dengan magma yang keluar mencapai permukaan bumi melalui retakan dalam kerak bumi atau melalui sebuah pita sentral yang disebut terusan kepundan atau diatrema.
2.      Instrusi Magma dan Ekstrusi Magma
Intrusi magma adalah peristiwa menyusupnya magma di antara lapisan batuan, tetapi tidak mencapai permukaan Bumi.
Ekstrusi magma adalah peristiwa penyusupan magma hingga keluar ke permukaan Bumi dan membentuk gunung api.
3.      Tipe-tipe Gunung Api
Berdasarkan Bentuknya
a.       Gunung Api Perisai.
b.      Gunung Api Kubah.
c.       Gunung Api Strato.
d.      Gunung Api Lava Pijar dan Abu
Berdasarkan Letusannya
a.       Tipe Hawaii
b.      Tipe Stromboli
c.       Tipe Vulkano
d.      Tipe Merapi
e.       Tipe Perret
f.       Letusan Tipe Pelee
g.      Letusan Tipe Sint Vincent

4.      Materi yang Dikeluarkan Gunung Api
Materi yang dikeluarkan gunung api antara lain :
a.       Benda Padat
b.      Benda Cair
c.       Benda Gas
5.      Erupsi Gunung Api
Erupsi gunung api antara lain
a.       Erupsi Linier
b.      Erupsi Sentral
c.       Erupsi Freatik
d.      Erupsi Magmatik
e.       Erupsi Fraetomagmatik
6.      Dampak yang di Timbulkan dari Peristiwa Vulkanisme Terhadap Kehidupan dan Lingkungan
a.       Dampak Positif
b.       Dampak Negatif
7.       Upaya Untuk Meminimalisir Dampak dari Bencana Gunung Api
Pertama melakukan mitigasi yang bersifat struktural : Membangun konstruksi yaitu dengan membuat saluran-saluran air dari puncak ke bawah, agar sewaktu gunung meletus bisa diminimalisir air yang ditumpahkannya.
Kedua mitigasi yang bersifat nonstruktural yaitu dengan penataan ruang, dengan tidak menempatkan pemukiman pada daerah rawan bencana gunung api.
  
        B.     SARAN


Saran yang di sampaikan penulis agar dengan membaca makalah ini disarankan pada pembaca agar mengetahui tentang pentingnyan memahami vulkanisme oleh masyarakat Indonesia,Serta mengerti akan dampaknya bagi kita semua. Penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan makalah yang akan datang.

Comments

Popular posts from this blog

Makalah pembuatan Gemblong Kuningan

Cara membuat maket rumah dari bahan kardus

Monsoons